Kamis, 18 November 2010

Cowboys In Paradise

Berlin. Korea. Melbourne. Brisbane. Singapur. Poster dihiasi nama negara-negara yang dikunjungi film dokumenter ini.

Tentunya tidak ada Indonesia.

Padahal isinya tentang Indonesia. Bali, tepatnya. Pulau di mana Dewata bersemayam dan Eat Pray Love bercinta. Walau lebih banyak cinta di Bali yang ini, nasibnya tak seberuntung Eat Pray Love. Boro-boro dihadiri mentri, pemutarannya malah dilarang.

Mungkin karena bintangnya bukan Julia Robert. Bintangnya para cowboy Kuta, sebutan kaum borju Denpasar untuk beach boys dari kalangan miskin Bali yang gemar menemani bule-bule kesepian. Entah kenapa dinamakan cowboy, padahal hidupnya tak pernah dekat-dekat sapi. Kecuali sapi kaya.

Mereka bukan gigolo. Mereka hanya menemani yang mereka beneran suka, baik orangnya ataupun hartanya. Tapi mereka gak pernah minta uang. Bule-bule itu yang dengan rela hati membayari sekedar makan, minum, DVD player, sepeda motor, mobil, sampai rumah.

Banyak juga yang diboyong pulang ke negara pacar, membuat para ABG Bali banyak yang bercita-cita jadi cowboys biar bisa diboyong pacar. Padahal mereka tahu banyak yang akhirnya pulang lagi, gak betah tinggal di negara dingin walau udah disekolahin.

Delapan lima menit menonton sisi lain Bali, banyak yang gue pelajari dari para koboi kuta. Tentang bagaimana memikat hati wanita. Ternyata wanita tak butuh muka. Wanita tak butuh harta. Wanita hanya butuh tertawa. Wanita hanya butuh cinta.

Liat saja sales Eat Pray Love.

Sampai film selesai, gue masih belum mengerti kenapa film ini dilarang beredar di Indonesia.

Apakah karena ada istri Indonesia yang bangga suaminya jadi Koboi Kuta?

Apakah karena ada ibu Indonesia yang bercita-cita anaknya 'nemenin' bule?

Apakah karena Bali terlihat menjual sex tourism?

Come on. Ini realita. Anyone with a common sense akan sadar kalau film ini hanya memotret sebagian kecil masyarakat Bali.

Mungkin yang dibutuhkan negara ini bukan Undang-Undang anti Pornografi. Tapi anti Parnografi.

Agar tidak lagi kita membuat keputusan-keputusan berdasarkan pikiran parno para pemimpin kurang nyali.

Agar tidak lagi pemuda Indonesia cita-citanya ngawinin bule biar dibawa keluar dari negaranya.

Agar tidak ada lagi pemuda Indonesia yang harus menemani bule tua karena susah nyari kerja.

Dan ini bukan pekerjaan gampang, dibutuhkan karisma dan kerja keras luar biasa.

Liat aja tampang mereka. Betul-betul butuh karisma.

Hormat untuk koboi kuta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar