Rabu, 29 April 2009

Shooting Is My Purgatory. Simei Is My Paradiso.

After “Taxi Driver”, Scorcese said that shooting a movie was a horrible experience. I couldn’t agree more.

After cin(T)a, gue kabur ke Singapur... pusingggggggg!

Tiap gue shooting, selalu gue bertanya-tanya “What the hell am I doing here?”

Shooting is purgatory! It’s a constant pressure pushing you to show off your true skin. The worst and the best in you!

Tapi tiap gue selesai bikin film, I always suffer from short term memory loss. Tiba-tiba semua buruk-buruknya shooting jadi lupa. I only felt the love and positive improvement it brought to my soul. Every movie I make, I feel like I became a better person. I always forget how horrible the shooting was... sampai gue shooting berikutnya tentunya.

Then I start complaining again. What the hell am I doing here?!?!?!?

Di pelarian gue di Singapur, gue cuma berkubang di apartemen Kak Ria, nonton DVD bajakan yang dibawa dari Indonesia. It’s all the vacation I need right now after 2 weeks of constant pressure.

Kak Ria ini emak gue versi Singapur... dan salah satu bukti hidup kalau Tuhan itu ada.

Alkisah di awal 2006, a papi’s little girl arrived at Harbour Front along with her mami, papi, and 6 big suitcases. All of 6 belong to papi’s little girl yang akan memulai kerja pertamanya di Singapur . Sebuah mercedes hitam berplat kedutaan menjemput mereka dan mengantar mereka melihat-lihat beberapa calon rumah buat si kecil. Nothing fits. Yang satu tak ber-AC. Yang satu tak ber-MRT. Yang lain tak ber-WC. Nanti kasian nona kecil papi kalau tinggal di tempat begitu.

Tiba-tiba KSAD berkunjung ke Singapur. Karena si papi jauh kurang penting dibandingkan pak KSAD, Mercedes hitam harus segera pulang mengurus KSAD. Padahal si kecil belum dapet rumah. Si mami mengusulkan untuk sementara menginap di rumah anaknya kakaknya teman lamanya Mami yang udah gak ketemu selama 15 tahun.

Setelah 70 missed call tanpa jawaban,mami nekat ngetok pintu apartemen si anaknya kakaknya teman lamanya Mami yang udah gak ketemu selama 15 tahun itu. Ternyata si anaknya kakaknya teman lamanya Mami yang udah gak ketemu selama 15 tahun itu baru pulang dari pasar dan lupa bawa handphone. Nona kecil papi kemudian dititipkan untuk sementara sambil nyari rumah yang cucok.

Susah nyari rumah. Akhirnya si kecil bilang ke suaminya anaknya kakaknya teman lamanya Mami yang udah gak ketemu selama 15 tahun itu kalau si kecil mau numpang dulu di rumah mereka selama 3 bulan baru nanti nyari lagi. Bang Ucok Gultom pada dasarnya nggak keberatan. Kebetulan juga ada yang bisa nemenin istrinya soalnya dia harus bolak-balik Jakarta Singapur karena perusahaannya ada di Jakarta sementara istrinya kerja di Singapur.

Tiga bulan berlalu, si kecil mulai ngelunjak. Gak mau pindah. Si kecil mengangkat diri jadi anak dan ngaku2 bermarga Gultom. Tiap ditanya kapan dia mau pindah, si kecil pura-pura nggak denger.

She was looking for a house, and she found a home. She was happy there.

But nothing lasts forever. Sembilan bulan kemudian visa si kecil ditolak. Si kecil terpaksa pulang kampung ke Bandung .

But it’s not that easy to get rid of her. Si kecil punya paspor Batam, jadi gak pelu bayar fiskal.
Si kecil tetep ngelunjak, masih berasa punya rumah di Singapur. Jadinya si kecil masih sering muncul di Singapur dan minta makan ke Bang Ucok dan Kak Ria.

Seperti saat habis shooting cin(T)a, si kecil dateng ke Singapur cuma buat nonton DVD dan ngabisin makanan di Simei : Nasi Goreng Maling. It’s number five on ten things she loves about Singapore.

# 4: udang nestum
# 3: Bang Ucok
# 2: Kak Ria
# 1: ......

1 komentar: