Rabu, 29 April 2009

MENULIS SAMPAI TITIK PENGHABISAN

I loved telling stories. I wrote novels. I drew comics. But I never finished any of them.

It happens over and over. Excitement yang gue punya di awal bikin karya gak bisa gue pertahankan buat menyelesaikan karya. Selalu banyak alasan keren buat gue untuk gak menyelesaikan. Gue bahkan pernah berpikir kalau gue emang tipe orang yang cuma didesain untuk proyek pendek. Gak buat nulis film panjang atau novel. I hate myself for that because I would like to picture myself with endurance longer than that pink rabbit on TV.

Sampai seorang malaikat yang mengaku temen abang gue ngirim gue pdf: How To Write A Damn Good Novel. I don’t know him and I don’t think any angels will bother to be friends with Sharondeng, abang gue. Tapi buat gue pdf ini another massage from God.

Finish one! And you’ll finish all the next ones.

Karenanya gue harus menyelesaikan satu novel dulu baru gue bikin film. Karena novel itu lebih sendirian, sementara film melibatkan banyak orang. Kalau gue gagal menyelesaikan novel, setidaknya gue cuma merugikan diri sendiri. Kalau gue sampai gagal bikin film, gue merugikan semua orang yang gue ajak. If I can taste the feeling of finishing something, that feeling wil remain and remind me to stay fighting for the longer one: cin(T)a the movie.

So I started writing my first finished novel, Kartini Nggak Sampai Eropa. Gue mengurung diri di kamar selama seminggu penuh. Cuma makan apel dan minum air putih.

Di hari ke tujuh, gue muntah. I hate my writing. I wish it would turn out a lot better. I didn’t even bother to read it again. I sent the first draft right away to the publishers.

Inilah bedanya penulis profesional dan amatir. Everybody can write. But only the professionals rewrite.

Gara-gara tanpa rewrite, tulisan gue jadi terlalu vulgar, tanpa basa-basi , gak indah, bitter... tapi jujur. Terlalu jujur that it drove myself more depressed. I am exposing my own personal tale and others whom I love to public. What am I thinking? But I can’t think of any other story I would die to write that time. I guess anger could really drive you to do anything, even finishing a novel : something I never could have before.

Kartini Nggak Sampai Eropa akhirnya diterbitkan walaupun dengan cover yang berbeda selera dengan gue. Covernya sih sebenernya lumayan, kalau saja tidak dihiasi sebuah bulatan kuning mencrang bertuliskan : Sebuah Novel Karya Sammaria.

Who the hell is this Sammaria? Artis bukan penulis bukan. Ngapain juga namanya harus dikasih bulatan kuning as if her name wil raise the selling? Yuck!

Malu aku malu! Jadi gue gak pernah bilang-bilang ke orang-orang kalo gue bikin novel. But somehow they managed to know. Monyet!

Thanks to tragedi bulatan kuning, temen-temen gue jadi punya bahan celaan baru. Huahahaha. Publishing a novel harusnya membanggakan dongggg... ini malah jadi bikin gue bahan celaan. Belum lagi ditambah tulisan di back cover novelnya yang menyebutkan gue dapet TA terbaik di arsitektur. Monyet! Lagi-lagi mereka dapet bahan celaan baru.

“Cieeeeeeee... TA terbaik!!!” Monyet!

Buat lo yang udah terlanjur beli, silakan menghubungi gue untuk mendapatkan cover asli pilihan hatiku. Gambarnya adalah seorang cewe berkebaya, bersanggul, bercelana jeans, dan merokok. Karya seorang seniman kontemporer berbakat, Patra Aditia. Kata penerbitnya cover ini terlalu old school, gak lagi menjual. They know how to sell more than I do. I wish.

Lepas dari semua perbedaan selera gue dengan penerbit, gue tetap bersyukur dan berterima kasih novel ini bisa terbit. Gue cukup takjub ternyata kenyinyiran gue ada gunanya juga buat orang lain. Ada yang ngirim email ke gue kalau doi gak jadi jadi lesbian setelah baca novel gue. Trus ada yang mau bikin skripsi based on novel gue. Judulnya something like :

"Pencitraan Terhadap Tokoh Wanita dalam Novel "Kartini Nggak Sampai Eropa"
(Analisis Wacana terhadap karakter "Anti" dan "Tesa")

Gue jadi berasa seperti penulis benaran karena karya gue dianalisa. Gue udah kasih si penulis warning kalau in a way dia bakal menganalisa kepribadian gue. Dan kepribadian gue nggak segitunya buat dijadiin skripsi. Kalau kecantikan sih emang gue gak ada taranya.

Thanks. You guys gave me a dose of energy to keep on moving. But the good thing that came out of this novel is: I have the confidence to finish my feature length movie. Dan gue juga turun 4 kilo dalam seminggu. Yeyyyy=P (And I was wondering why I was depressed???)

2 komentar:

  1. penasaran gue sm novel lu tied! nyarinya di mana? yg pake buletan kuning yah

    BalasHapus
  2. Tied... gw jadi penasaran liat cover versi lo itu.. terus ktnya lo mau share tuh pdf ttg menulis novel? mau dong gw, hehe :p

    BalasHapus