Rabu, 29 September 2010

Laknat

Hari ini acara yang gue nanti-nanti. Take a cong out show! Take him out versi banci-banci. Bahagia melihat lelaki-lelaki ganteng se-Jakarta berbahagia.

Sesampainya di Goethe, barisan jaket kuning bermoral sudah teriak-teriak sambil membawa poster-poster bergambar ayam-ayam lucu yang dalam imajinasi mereka pasti semuanya heteroseksual. Seakan-akan homoseksualitas tidak ada di animal kingdom. Padahal ngakunya mahasiswa salah satu kampus terbaik di negeri ini, tapi kok kurang pengetahuan?

Laknat! Neraka! Tobat!


Take Cong Out dibatalkan.

Mau pulang, gak bisa. Dua geng tawuran di jalan pulang gua. Pilihannya : menanti geng-geng kecapean perang karena beberapa udah metong, atau cuek melintasi tawuran dengan resiko gue yang metong.

Laknat! Neraka! Tobat!


Aku tak mau mati dulu. Tiket ke Hawaii sudah dibeli.

Terjebak aku nonton film gay jerman pertama, tentang seorang ibu di Jerman di tahun 1957 yang dipenjara karena membuat anaknya yang gay jadi hetero.

Cowo gay Jerman tahun 1957 kurang aware ama ketebalan torso, membuatku terkantuk-kantuk. I need more naked torso!!!

Gak enak keluar sebelum selesai, gue mulai berharap BB menghiburku. Ternyata demo mahasiswa tadi sudah tergantikan tweet another tawuran geng di Ampera yang menewaskan setidaknya 4 orang, termasuk melukai betis kapolres dan ajudannya.

Laknat! Neraka! Tobat!


Dan di manakah polisi? Ternyata sedang ngopi tertutupi pohon rindang.

Di manakah hati nurani? Mungkin sedang tertutupi kebencian dan kemalasan untuk mencari kebenaran.

Terlintas sebuah plan B terinspirasi Maria-Maria lain di telenovela, bagaimana kalau Maria yang ini pura-pura amnesia di Hawaii nanti agar tidak perlu kembali ke Indonesia dan semua huru-haranya?

Terdengar bisik-bisik tertawa.

Laknat! Neraka! Tobat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar