Rabu, 15 September 2010

cin(T)a dan Roland Barthes

REPRESENTASI PLURALITAS AGAMA DALAM FILM cin(T)a

Studi Semiotika Roland Bathes Terhadap Tanda Yang Menyangkut Pluralitas Agama Dalam Film cin(T)a

Mak Gondut membaca buku tebal yang baru diterimanya dari seorag mahasiswi berjilbab dengan takjub. Ternyata film bisa jadi skripsi.

“Tahu gitu disertasi mami tentang film kau sajalah ya?” kata Mak Gondut yang mulai males mengerjakan s3-nya di sebuah universitas antah berantah.

Teringat gue komentar Mak Gondut pertama kali keluar dari premiere cin(T)a.

“Film ini harus ditonton berkali-kali ya. Butuh pemahaman lebih,” kata Mak Gondut dengan nada bersahaja.

Gue mendengus curiga. “Mami nggak ngerti ya?”

“Nggggaaaakkkkk...,” ringis Mak Gondut kebingungan.

Bahkan setelah mami gue kasih DVD cin(T)a, sampai hari ini belum pernah ditonton juga. Kaya gini mau bikin disertasi tentang cin(T)a?

“Ya nanti kau sajalah yang bikin. Pusing mami.”

“Papi kemaren udah nonton kok,” kata papi nimbrung, bangga.

“Filmnya tentang apa , Pi?” tanya gue.

Papi cuma celingak celinguk pura-pura bakar roti. Curiga papi juga gak ngerti.

Hhhhh... ternyata emang cuma gue dan Roland Barthes yang bisa mengerti.

157 halaman . Gue membaca halaman pertamanya.

“Dan rendahkalah dirimu terhadap mereka berdua (orang tua) dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Apalah gunanya semiotika Roland Barthes kalau mereka berdua gak mengerti?

Tobat.

Tidak akan lagi gue membuat film yang tidak dimengerti mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar