Rabu, 24 Juni 2015

AM I “RESIGN CLUB” ?

“Kata Lucky, brand gue mending Resign Club,” kata gue sambil meyakinkan diri, meminta approval eceu-eceu Sukabumi yang lagi gak ada kerjaan menanti pacar pulang kerja di Heidelberg sana. 

Untung dunia ini udah ter-wifi tanpa batasan waktu dan biaya, jadi walaupun si Eceu lagi GMT + 1, kami tetap bisa bercengkrama.

Di dunia yang semakin Terminator Genisys ini,  gue wajib punya angle yang bisa membedakan brand gue dari kerumunan kicauan lain yang memenuhi Skynet dengan harapan job-job akan lebih berdatangan.

“Nggak ah. Brand lo gak kuat di situ,” kata si Eceu mengambalikan gue ke kerumunan tanpa angle.  

“Kaya Lucky tuh brand-nya udah kuat banget. Orang kalau inget gay urban, pasti inget doi.”

“Aduh kayanya gara-gara itu deh gue susah dapet job! Gak bisa ya gue pura-pura gak gay?” kata Lucky sok mengeluh, walaupun gue yakin dia gak akan menganulir diri.

“Brand lo yang gue tangkep sih… Cewe Batak.”

Membayangkan harus bertemu kembali dengan Batak-Batak galak yang merasa ritual dan adat istiadat mereka diusik ketika gue riset-riset Raja Kata, gue langsung merasa pendek umur.

“No. Brand gue bukan Batak.”

So what am I?

Queer?

“Ah gue gak percaya lo lesbi sampai lo bawa pacar lo ke sini,” kata si Eceu.

Jadi gue apa dong? 

Sudahlah Resign Club saja. 

Karena judul blognya terlanjur Resign Club. Pusing mikirin jati diri, mending mandi dan berbahagia.

Usut punya usut, google punya google… resign ternyata artinya gak cuma berhenti kerja. Tapi juga… berserah! Apapun yang terjadi, terjadilah.  Yang dia tahu Tuhan penyayang umatnya… Very Stoic indeed. 

Atau very Titik Puspa?

Wooo… kayanya dipas-pasin cucok juga buat gue.  Secara personal legend gue kan be happy and share it with others.

Resign Club: mandilah dan berbahagialah.

Dulu gue photoshop-in  sabun Fight Club buat dijadiin logo Resign Club… mungkin bukan kebetulan. Karena di gambar ini tersimpan kunci kebahagiaan gue: mandi.

Maybe someday I can have my own line of soap.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar