Senin, 08 Februari 2010

Reality Bawang Seksi

Berita jadi reality show. Reality show jadi fiksi. Fiksi jadi reality. Reality gue jadi ompong, bahkan untuk dituliskan menjadi fiksi. Tidak lagi menggigit.

Kemaren tiga wanita muda duduk di Midori, mencincang sebuah tulisan 8 babak yang seharusnya berisi hidup mereka. Tentunya sudah dibumbui dan dimasak sana sini yang menurut buku dewa koki How To Cook A Damn Good Script seharusnya menjadi lebih gurih.

Tapi hasilnya basi, sama sekali tidak menggelitik hidung untuk menyuruh tangan mengambil dan mulut mengunyah.

Kenapa menulis tentang diri sendiri menjadi begitu memuakkan? Membasikan? Mematikan? Memalukan?

Mungkin karena terlalu banyak kesan yang ingin gue paksakan. Ternyata tampilan masih lebih penting daripada rasa. Koki lebih sibuk mengukir bawang untuk hiasan, padahal harusnya tuh bawang gue celup biar melebur, nambah rasa tulisan gue.

I don't want anyone to see my layers, mungkinkah aku hanya sebongkah bawang gendut?

Dangdut tali kecapi, biar gendut yang penting seksi.

Tiba-tiba semilir angin berbisik "Ayo bawang seksi, terus menulis."

Dan si bawang kembali menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar