"Masih terlalu cantik ya," katanya melihat editan hampir akhir film pendek tentang si pekerja penenun kain.
Mungkin dia lebih bisa menghargai keindahan di yang gak cantik.
Mungkin gue terlalu tak cantik untuk menghargai yang tak cantik.
"Masih terlalu cantik ya," katanya melihat editan hampir akhir film pendek tentang si pekerja penenun kain.
Mungkin dia lebih bisa menghargai keindahan di yang gak cantik.
Mungkin gue terlalu tak cantik untuk menghargai yang tak cantik.
When I'm gone
I hope I have taught myself
All the love I don't hold on
And the beauty of passing it on
Berilah kami pada hari ini
Makanan kami yang secukupnya
Agar jangan lupa kami
Dunia ini ada yang punya
Kenapa menangis wahai babi dalam comberan
Hanya karena kau harus pindah kubangan
Bersyukurlah sudah kuberi kau kecukupan
Dan kegelisahan untuk kau ceritakan
Seekor pug duduk sendiri
Berharap ada suatu hari
Di mana pug akan menari
Dan hatinya tak lagi iri
Dalamnya luka takkan terukur
Oleh jiwa yang pura-pura riang
Ambil tintamu ucapkan syukur
Untuk cinta yang tak kan terulang
No eternity, no serenity
More pleasure, more exposure
I am craving for the sincerity
Of unmanufactured pleasure
Mungkin orang seperti kita
Tak boleh kebagian cinta
Karena hanya yang mulia
Yang boleh rasakan cinta
You sang this is all we know
I sang there's more to life
You said I can love you both
I stopped and sang and survived
Mereka butuh lima puluh juta
Sebulan hidup di Jakarta
Mereka tidak lagi bercinta
Sejak beranak dua
Ini bukan karya kita
Bukan waktunya jumawa
Ini tempat mereka tertawa
Dan mengajari kita bahagia
Setelah parade Beyonce, Miley, dan J Lo gak didengar
Mungkin sudah waktunya kita berhenti sebentar
Mungkin selama ini kita merasa benar
Dan tak lagi ingin mendengar
Pantaslah kita tak didengar
Lebih banyak orang Amerika yang memilih Hillary. Tapi Trump menang karena para pemikir dan musisi dan seniman dan budayawan yang sebenarnya bisa menjadi jembatan berkumpul di situ-situ saja. Di California, New York, Washington, DC, Illinois... di tempat-tempat di mana uang, kekuasaan, dan keriaan bertebaran.
Gue mengerti kenapa mereka berkumpul di situ-situ saja. Takut. Ketakutan yang sama yang membuat gue pengen pindah ke Bali saja. Gak mau di Jawa Barat.
Ketakutan yang membuat Wisconsin yang gue kenang ramah berbalik menjadi state pendukung Trump. Karena teman-teman Wisconsin gue yang lebih toleran, bermasa depan, dan bisa jadi jembatan lebih banyak sekarang tinggal di California, New York, Illinois, DC, atau Washington.
Kalau saja mereka tetap di Wisconsin, mungkin hasilnya akan beda. Membuat gue bertanya ke diri gue sendiri... mau gak gue hidup di antara yang beda dengan gue? Dengan yang pemarah? Dengan yang diam-diam gue tuduh bodoh?
Jembatan cuma berguna di mana ada jurang.
Tuhan, pegang tanganku.