“Emang pencapaian film itu harus diukur dari masuk festival ya?” tanyanya risih melihat posting seorang teman yang dengan bangga menyebutkan berbagai penghargaan festival manca negara yang dia akui dia produseri .
“Kalau buat orang2 insecure kaya gue, validasi festival sih penting banget. Tapi only the brave one yang gak perlu validasi yang akhirnya bisa bikin something new sih,“ jawab gue mengingat manusia-manusia pembuat Facebook, Google, dan Apple.
Tapi walaupun tahu only the brave one yang bisa benar-benar mendrobrak, tetap saja gue berharap 17 April nanti ada keajaiban Selamat Pagi Malam lolos seleksi Cannes bersama filmnya Innaritu, Welsch, Frears dan nama-nama besar lain yang validasinya dibutuhkan festival agar mereka tetap hits.
Ternyata bukan cuma gue yang butuh validasi. Festival pun butuh validasi.
“Buat gue saat ini sih festival udah nggak penting ya. Filmnya jadi dan truthful ama situasi sekitar gue aja buat gue udah pencapaian,” katanya yang gak kebayang juri-juri Cannes akan mengerti lucunya 4 orang selfie-selfie dengan tas 12,000 Euro. Hanya manusia Jakarta yang akan ketawa.
“Tapi kan lebih enak lo bilang festival gak penting kalau lo emang masuk festivalnya,” jawab gue yang masih butuh validasi.
“Buat gue sih yang penting dari festival ya emak-emak kita bisa jalan-jalan di red carpet. Ya biar mereka pada senanglah,” katanya melihat daftar festival.
“Shanghai aja deh atau Korea. Emak gue kayanya kenalnya Gong Li atau artis-artis Korea deh. Mana dia tahu Lea Seydoux siapa,” katanya.
Shanghai deadlinenya 11 April.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar