Jumat, 29 Maret 2013

The Croods


"Always listen to your fear! Fear keeps us living!" kata si ayah barbar, setelah semua tetangga mereka terinjak mamot, termakan ular, atau tergigit  flu. Semua yang baru itu bahaya! Curiosity kills us!

"This is not living. It's just... not dying," kata si anak barbar yang ingin melihat dunia, mengejar kunang-kunang, dan jatuh cinta dengan pemuda yang tak berotot, tapi bisa membuat api.

Dengan dia, malamnya tak lagi gelap. Mereka tak lagi harus sembunyi di gua. Si anak bisa melihat dunia. Dia ingin pergi ke Tomorrow. Dan terbang menuju matahari.

Drama para manusia gua ini ternyata masih berulang sampai sekarang. Tiga Batak dan satu Batak angkat meneteskan air mata saat sang ayah melemparkan semua keluarganya ke tebing seberang. Dia sendiri tertinggal, tak ada yang melemparkan.

"Ih aku nangis tadi pas si bapaknya meluk anaknya. Bagus kali pilimnya," kata seorang Batak yang baru saja 2 jam lalu mengancam memukuli supir yang mengampil tempat parkir kakaknya dan songong ketika si kakak protes.

Tapi ini film Hollywood. Cerita harus diakhiri dengan seluruh keluarga menuju matahari bersama-sama. Si ayah akhirnya terbang menuju keluarga barbarnya dengan mengendarai tulang belulang paus dan memanfaatkan tenaga burung-burung barbar yang dijerat lem ter.

Hollywood or not, this is the best movie I see after so many 'must see' movies. 'Must see' karena bikinan Indonesia, ayo dukung film Indonesia.

"Gue tuh sukanya nonton film, bukan film Indonesia," kata seorang teman yang banyak menulis film Indonesia.

Kenapa sekeluarga barbar tak bermoral membuat gue lebih tersentuh daripada cerita keluarga mantan presiden bermoral yang terlihat saling mencintai dengan bahasa-bahasa Pendidikan Moral Pancasila?

Mungkin karena sebenarnya kita masih hidup di gua dan bertahan hidup sekadar untuk tidak mati. Lupa lirik kanan kiri betapa berwarnanya sebenarnya Indonesia tanpa mindset Pendidikan Moral Pancasila.

Selamat hari film nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar