“Kyu Kyu... Kyu kyu.”
Ini bukan siulan merdu burung perkutut. Gak ada perkutut di mall ini.
Si mbak kasir mengambil kartu kredit gue sambil senyum-senyum melihat mak-mak gondut pura-pura perkutut. Gue merengut menyadari arti siulan sebenarnya.
QQ adalah kode untuk kartu kredit tambahan. Kartu yang biasanya diberikan pada anak pemegang kartu utama karena si anak belum memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh katu kredit utama: slip gaji bulanan atau deposito ratusan juta.
Mak Gondut terus berkyu-kyu. Mesin kartu belum juga mencetak transaksi.
Kring kring. Telepon berbunyi.
“Bu Lin, QQ ibu barusan belanja ya?” tanya suara di seberang sana. Dari Bank.
“Oh iya. Ini si QQ lagi ama saya,” jawab Mak Gondut.
Transaction approved.
Yeap. That’s me. The QQ. Wanita tanpa slip gaji dan deposito ratusan juta.
Mungkin ini sebabnya gue gak takut resign. Karena QQ mami selalu menyertai, menghindarkan gue dari ancaman kelaparan.
Tapi itu dulu. Kali ini QQ mami direject.
Insufficient fund.
Ternyata Mak Gondut lagi kekurangan uang.
Dia mau membeli rumah buat kakak gue. Tadinya gak mau yang semahal itu. Tapi begitu dia dengar istri mantan pacar ikut menawar, langsung Mak Gondut beli.
Jadi sekarang Mak Gondut punya rumah, tapi gak punya uang.
QQ pun gak bisa dipake.
Gue mengecek tabungan gue. Deposito terpaksa dicairkan. 10 juta dari tabunganku yang tidak seberapa ini gue setor ke rekening QQ.
QQ kembali bersiul.
Ini pertama kalinya dalam hidup, gue mencairkan deposito. Demi gak kerja setahun ke depan biar Demi Ucok selesai.
Kalau Demi Ucok gagal?
Jangan ah.
Biar suatu hari nanti gantian gue yang siul tiap Mak Gondut mau bayar.
“Kyu Kyu... Kyu kyu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar