Seorang Alien Baru Gede baru belajar nyetir UFO, pesiar ke Indonesia setelah dibikin iri oleh beberapa seniornya yang baru pulang tamasya dari Jogja.
Salah arah, malah ke Lembang. Bukannya turun di padi, si alien malah mendarat di kebun teh. Rusaklah pisau cukur si UFO karena tak mampu membabat batang-batang teh gendut.
Biasalah ABG.
This will make a great short movie.
Kalau jadi.
Seperti film-film lain yang dia cita-citakan, baru keren di angan-angan.
"Belajar after effect-nya dulu baru ntar kita kerjain," kata dia seminggu kemaren.
Seminggu kemudian.
Dia sedang duduk sendirian menulis daftar kontrak baru untuk para pekerja PT miliknya. Putus kerja 3 bulan dapet ini. Hamil 7 bulan dapet itu.
"Ternyata bikin PT gak sesimple itu," katanya, lelah dengan birokrasi ini itu.
Pengen bikin PT. Pengen bikin film. Pengen bikin distribusi film. Pengen bikin PH. Pengen bikin video mapping. Pengen bikin bioskop alternatif. Pengen bikin furnitur keren.
Tapi dia punya anak dan istri. Nggak bisa mikirin diri sendiri.
Keburu si alien dewasa.
"Sebelum anak ini ketabrak busway, dia diselamatin ama si alien. Pas dibalikin ama alien ke ke tempat semula, eh salah waktu. Anaknya jadi dua. Yang satu ketabrak, yang satu nggak," kata suami yang lain.
A very great idea for a movie.
Kalau jadi.
"Bikin yang bulutangkis dulu aja. Film pendeknya. Biar nanti kita lebih gampang nyari dana buat yang panjang," kata dia.
Kalau jadi.
Nggak segampang itu bikin film.
Dia juga punya anak istri. Nggak bisa mikirin diri sendiri.
Jadi gue dilarang menghakimi, berhubung gue gak punya anak istri.
Melihat betapa cemerlangnya ide mereka, gue jadi rendah diri karena ide gue biasa aja. Cuma cerita anak yang gak mau jadi kaya ibunya.
Tapi berhubung gue gak punya anak istri, gue gak punya alasan kalau film ini sampai gak jadi.
Harus jadi.
"Eh, kita bikin serial aja yuk. Kalau nulis serial, lo tertarik gak?"
Dan alien terlanjur manula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar