"Kan saya udah minta maaf, mbak," katanya marah.
Kenapa dia yang marah? Bukankah kaca spion dan pintuku yang ditabrak dengan semena-mena???
"Saya nggak bisa ganti, mbak. Saya kan miskin." katanya lagi.
Apakah miskin memberi kamu hak untuk semena-mena menabrak mobil orang dan pergi atas nama kemiskinan?
"Saya puasa, mbak. Ini udah mau buka."
Apakah puasa memberi kamu hak untuk meninggalkan korbanmu tanpa sopan santun?
Kamu dan 2 orang boncenganmu melengos pergi. Aku speechless di tengah jalan. Baru sepuluh menit yang lalu aku bernapas lega karena akhirnya membelok ke Jalan Bunga Mawar, setelah 2 jam macet di jalan. Sudah terbayang tajil dan obrolan teman-teman menonton hasil editan. Kantor sudah di depan mata. Eh kamu datang menabrak dari belakang.
Untung Mas Sigit dari kantor lewat. Kau kami kejar dan tahan di pinggir jalan. Sedikit membuat kemacetan karena kamu nggak mau mingir. Aku maksa ikut ngebonceng di jokmu, membuat kamu gak bisa bergerak dan terpaksa minggir. Untung badanku besar.
Di mana rumah majikanmu?
Di MPR. Di Batam. Dan beberapa alamat fiktif lainnya.
Berapa teleponnya?
081382213371. 08787937470. 081382213370. Gak aktif semua.
Kuminta kaubawa ke rumahmu, kau tak mau.
Aku tak akan minta ganti padamu, tentunya. Tidak mungkin. Aku hanya ingin ketemu bosmu. Bilang pada dia biar kamu jangan diberi motor lagi karena kamu tidak bertanggung jawab.
Boncengan bertiga. Tanpa helm. Tanpa SIM, STNK. Tanpa tanggung jawab. Untung yang luka kamu, bukan anak kecil yang kamu bonceng.
"Saya kan miskin," katamu lagi.
Miskin tidak memberimu hak untuk tidak jujur. Miskin tidak memberimu hak untuk menzalimi orang. Saya juga bekerja. Satu setengah juta gak turun dari langit.
Tapi tentunya aku nggak mungkin minta padamu.
Salahku juga kamu bodoh. Salahku juga kamu miskin. Salahku juga kamu sombong.
Karena aku dididik, kamu tidak. Negara ini diatur mereka yang kamu sebut 'kaum'-ku. Negara ini tidak memberi perlindungan padamu. Sudah sepantasnya 'kaum'-ku nerimo kalau ditabrak motor 'kaum'-mu.
Miskin. Bodoh. Sombong.
Kamu cuma bisa pilih dua, sayang. Kalau sampai tiga-tiganya, jangan salahkan 'kaum'-ku kalau kamu sampai sekarang tetap sengsara.
Mungkin bukan miskin dan bodoh yang membuat kamu tak pernah dicukupkan.
Aku tidak merasakan niat baikmu, dan aku tidak punya waktu melayani keangkuhanmu. Aku harus ke kantor, sudah terlambat untuk preview tentang keluarga miskin bodoh sombong lainnya. Mereka tak pernah lepas dari lingkaran kemiskinan.
Kunci motormu kuambil ya, sayang. Kalau mau, ambil ke kantorku. Tak sampai 5 menit jalan.
Aku tahu kamu nggak akan pernah datang. Aku tahu kamu pasti punya kunci cadangan. Tapi kubiarkan juga kamu pergi.
Hari ini aku berbahagia karena aku dizalimi. Dan kau akan lihat kalau aku akan semakin dicukupkan.
Bagaimana dengan kamu, sayang? Sayang disayang kamu sombong.
Miskin. Bodoh. Sombong.
Kamu cuma bisa pilih dua, sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar