Tu wa ga pat... Tu wa ga pat...
Baru satu keliling.
Here we are trying to reach the sky
MP3 tambah ngebeat, jantung hampir berhenti ngebeat.
Tu wa ga pat...
Apa dua keliling aja ya???
Seorang kakek tua melewati, terpacu untuk lari lebih...
Aarrgghhhh...
Si kakek semakin menjauh
Tu wa ga pat huf huf huf
Cewe lebih seksi kalau keringetan
Tu wa ga pat
Huf huf
Mencoba lihat langit
Biru
I never realize it was so blue
Relax take it easy
Now it's time for revolution
We are getting bigger no and now no no no
Just stay focus to the front
never look back
never look down
Keliling ke 3...
satu lagi.
"Woi kalau kayak gitu lari gimana mau kurus?"
Seperti suara Mak Gondut.
Halusinasi?
Kok ada dia di pinggir lapangan?
Pura-pura gak kenal, lari terus.
Mak Gondut teriak-teriak menyemangati, membuat gue semakin ingin berlari. Berlari pergi biar nggak diidentifikasi publik. Moga2 gak ada yang nyadar gue sedarah dengan mak-mak gila di pinggir sana.
Lari adalah perlombaan antara gue dan gue.
Sedikit lagi...
Empat keliling!
And the winner is... ME!
Yeah! So proud of myself.
Keluar lapangan penuh kebanggan.
Si bapak bergigi dua tersenyum. Maksudnya ramah, jadi horor campur mesum.
"Kalau mau kurus mah pake jaket yang tebel neng biar keringat."
Great. Pura2 gak kenal ternyata gagal. Sekarang satu lapangan tahu gue sedarah, dan tahu gue pengen kurus.
Sayangnya gue gak pengen sekedar kurus. I want to be divinely beautiful, like Jason Mraz, with his divine lips, divine smile, and eyes so content it gives no space for inadequity... inadequateness... yah etalah.
Beauty: another battle of me vs me.
And I will never get to his kind of beauty by any short cut.
Not even with the bulu mata.
First lap: bye bye bulu mata.
I really am cantik apa adanya (dengan sedikit bantuan catokan, kalau nggak bisa-bisa dikarantina dina delyana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar