Setting: Lapo Ni Tondongta (Jalan Pemuda yang ternyata Pramuka)
Waktu : 2 jam sebelum buka puasa, matahari bersinar tegak lurus mata
Pemeran: 2 Pemimpi Sanguinis Koleris, sama-sama penggemar Sanguinis Phlegmatis
Babak 1 (60 menit):
Di hadapan babi panggang bercabai hijau, Sanguinis Koleris 1 mengeluhkan Phlegmatisnya yang tak juga resign tapi mengeluh pekerjaannya tidak menyenangkan.
"Ntar bayar mobil gimana? Rumah? Amerika?"
Koleris 1 tak tahan melihat Phlegmatisnya merana. Andaikan dia lebih berani. Akan kutemani dia mengarungi dunia ini berdua.
"Itu bukan takut, bang. Itu sih cinta," kata Koleris 2.
"Takut gak sama ama cinta."
"Fear in its highest form is love," Koleris 2 mengutip percakapan sesorang dengan Tuhannya.
Babak 2 (60 menit):
Koleris 1 mulai cerita tentang perusahaannya yang semakin menggoda untuk ditinggalkan.
"Lho apa ini?" kata pejabat setiap kali Koleris 1 memberi komisi pekerjaan: I Pod, jam tangan, mobil, dan uang saku.
Dia ingin pergi. Jakarta bukan lagi rumahya.
Jadi siapa yang takut? Koleris 1 atau Phlegmatisnya?
Babak 3 (60 menit):
Koleris 1 mulai bicara tentang mimpinya. Sebuah restoran babi yang tidak hanya tempat makan: sebuah rahim tempat bertemunya jomblo-jomblo kesepian.
Babi Jomblo the lapo.
A catchy name. Siapa yang jomblo... dapet diskon 20%! Jomblo-jomblo kere dan gak kere (tapi gak jaim) se-singapur akan datang dan berburu pasangan.
Kalau ada yang ngaku-ngaku jomblo? Gak apa-apa. Resiko kan dia yang nanggung kalau beneran dibikin jomblo ama Tuhan.
Dinding restoran yang tadinya kosong semakin lama akan semakin dipenuhi foto-foto pasangan yang berhasil dipertemukan dan dipersatukan di Babi Jomblo.
"Kalau ketemunya di kafe dingin dan jaim, nanti cintanya cuma satu malam," kata Koleris 1 membanggakan 'Babi Jomblo' yang hangat dan penuh kekeluargaan. Counternya rendah, sehingga si koki bisa ikut ngerumpi dengan pelanggan. "Kalau ketemunya di Babi Jomblo..."
"... taunya one night stand juga Bang." kata Koleris 2 penuh dosa.
"Janganlah. 2 malam setidaknya. Masih unggul kita 1 malam."
"3 malam deh," kata Koleris 2 sambil joget Melinda versi jari 3, sesuai jari babi.
Dan Babi Jomblo akan terus ngejodohin dan mengenyangkan orang sampai visi misi kami terpenuhi.
Visi: jomblo menjadi bahasa resmi di Singapur, bergabung bersama 'kepo' dan 'jablai'.
Misi: memberantas jomblo-jomblo se-Singapura, agar tidak ada lagi yang dapet diskon 20% sehingga meningkatkan revenue.
Tak sadar sudah lewat 60 menit. Babak 3 ini terlalu menyenangkan untuk dibicarakan.
180 minutes of pure fun!
Ya sudah. Kalau begitu babak 1 dan 2 tidak usah kita pentaskan. Langsung ke babak 3 saja. Akan lebih jadi panggung yang menyenangkan.
Tak sabar menanti drama 3 babi yang tak lagi berbentuk tulisan.
Babi Jomblo the lapo, starting March 2011 in Singapore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar