Riana menyusui Goder. Si bukan perawan yang belum pernah beranak itu menemukan kenikmatan seksual lain di luar meladeni laki-laki berharta.
Marsusi duduk, menawarkan kalung berlian seperti punya istri Pak Lurah.
Riana tetap menggendong Goder. Mamah Ida menenangkan Pak Marsusi.
Anak muda memang gila. Bapak dewan uangnya banyak. Uang rakyat. Haram ditolak!
"Masa Riana dibandingin ama Srintil? Jauh!" kata si Mbak pemuja Ahmad Tohari, tak rela perempuan kebanggaannya disamakan dengan penyanyi dangdut korban popularitas TV.
Inilah akibatnya kalau membiarkan Sali ngedit sendiri, sementara gue bertamasya ke Dukuh Paruk melalui kata-kata Ahmad Tohari. Berkenalan dengan Srintil kecil yang gemar maen dengan anak gembala dan menyusui bayi.
Mata membaca, kuping dengerin editan Riana. Wajah Srintil berubah menjadi seorang cewe Sunda baru haid 5 bulan yang menyanyi menggoda.
"Ayo bang... Silahkan dibelaaaacch..."
Today I learn sebuah ternyata akibat belum selesai membaca, sudah menyimpulkan.
1. Ternyata gue belum mengerti manusia.
Srintil kecil memang mirip dengan Riana. Tapi Srintil pasca jatuh cinta sangatlah berbeda, lebih madonna. Perempuan-perempuan yang tahu bagaimana caranya menjajah laki-laki.
Riana... bahkan nggak tahu maunya apa.
Dia cuma seorang anak berbakat tanpa visi dan mimpi menjadi besar, dikelilingi berbagai jenis seniman gagal, sehingga mimpinya adalah mimpi sekitarnya.
Masuk TV. Nyanyi. Inul. Pacar kaya. Mobil APV.
Patah hati.
Mau jalan ke mana? Adakah jalan lain selain bernyanyi?
Riana. Ronggeng bertalenta tanpa wibawa. Tinggal menunggu waktu sampai dia jadi istri ke dua.
What?
Jangan.
Gua bukan Mesias. Bukan penyelamat dunia. Bukan penyelamat Riana. Cuma seorang sutradara kecil yang tak boleh banyak campur tangan agar karyanya lebih ...
lebih...
lebih apa?
"Tujuan lo tuh mau ngomong apa sih?" kata produser mengendus kebingungan gua. Footage 55 menit menghibur untuk ditonton, tapi gak jelas ngomong apa.
Biasalah sutradara muda. Banyak kemauan, minim kemampuan.
Gua mau ngomong apa? Gue megap-megap berusaha keluar dari kenyataan 85 kaset kehidupan Riana.
Takut merusak masa depannya.
Takut mereka kecewa.
Monyet. Dokumenter itu shootingnya bahagia, ngeditnya sengsara.
"Lo liburan dulu deh. Ntar minggu depan baru lo ngobrol ama editor," kata produser.
Yey! I am up for that.
Mari kita lanjutkan baca Ronggeng Dukuh Paruk.
Srintil duduk melihat anak Sentika. Ternyata kurus, tidak seperti Tri Murdo. Riana tidak habis pikir ada pemuda yang masih main burung kec... waaaaaaaaaaaaa!
Kok Riana lagi?
Gue kembali mencoba membaca, fokus ke Dukuh Paruk. Lupakan Dayeuh Kolot.
Sentika, Kartareja, Srintil, Madonna...
Hari ini gue belajar sebuah ternyata:
1. Ternyata gue belum mengerti manusia.
Setelah mulai mengerti manusia, gua merinding menyadari ternyata ke dua:
2. I have them all within me.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar