"Hi. Saya Sammaria, sutradara cin(T)a. Saya sedang bikin film ke-2 dan agak ilfeel dengan kompetitor anda yang belum apa-apa udah minta setoran. Saya ada konsep agar film saya diputar hanya di bioskop anda dan kita tetap kaya raya. Kalau anda ada waktu, minggu depan kita boleh ketemu? Terima kasih sebelumnya."
Itu isi SMS gua kemarin ke salah seorang Batak berdada bidang yang belum gue kenal. Hari ini belum juga dibalas.
Dia udah baca belum ya?
Apa dia lagi di luar negeri?
Mungkin yang megang HP asistennya?
Dan dilanjutkan dengan sesi mengutuki diri.
Gue kurang sopan apa ya?
Kita tetap kaya raya? What kind of sentence was that?
Apa gue tanya boleh nelpon dulu gak ya?
Inilah akibatnya kalau kerja pake hati. Rasanya lebih deg-degan daripada nungguin SMS pacar.
Pengalaman gue bekerja dengan mereka di film pertama sangat menyenangkan karena mereka sangat membantu gua yang bukan siapa-siapa. Bukan salah gua kalau gua jatuh cinta dan berharap bisa mengarungi kebangkitan film Indonesia bersama-sama.
Padahal bisa saja gue pindah ke lain hati, ke bioskop sebelah. Tinggal SMS tanpa perlu deg-degan. Hanya perlu membayar setoran ke manager untuk sekedar sebuah pertemuan.
Lebih baik aku sms dia lagi.
Mungkin gue akan ditolak, tak dibalas, diacuhkan dan segala atau lain yang membuat gue hampir memilih the path of least resistance.
Tuhan, kalau dia memang jodohku, dekatkanlah. Kalau bukan, tolong rayu agar dia mau mendekat.
Amin.
hi mbak, salam kenal. film cin(T)a kapan sih di bioskop ?
BalasHapusgue pernah download di salah satu web tapi kayaknya masih belum maksimal.
ntar filmnya masih format gitu atau direvisi mbak ? makasih..