“Pasti lo shooting diem-diem deh! “ gugat Anky, the editor, sewot gara-gara banyak footage tanpa keterangan dan catatan. Anky harus ngedit footage 25 jam menjadi 2 jam dengan banyak footage yang diambil diam-diam oleh sutradara tanpa sepengetahuan kru lain. Hihihi.
Seharusnya setiap malam tuh footage-footage gagal sudah dihapus dari hard disc biar gak menuh-menuhin back up hard disc. Jadinya nanti yang dimasukin ke hard disc master cuma footage yang akan dipakai saja. Lumayan kan bisa menghemat space hard disc. Shooting dengan P2 menghabiskan 16GB untuk tiap footage 15 menit.
What? Back up hard disc? Master hard disc? Apaan tuh? We only have one hard disc. And we took it anywhere we went.
What a kere system of film making. Please don’t consider following us. Fortunately another invisible hand save our kere ass from trouble. Semua footage cin(T)a aman tanpa cacat berarti.
Tapi tetep more works for the editor. Dan si sutradara terpaksa nongkrongin mencari adegan2 ‘hilang’ yang lupa dicatat. Untung si editor baru bulan madu, jadinya lagi in a very good mood. Tapi tetep rese, gak berhenti-berhentinya bikin sirik sutradara.
“Makanya lo cepetan kawin. Enak!”
Monyet. Pokoknya film gue berikutnya harus tentang Batak. Biar gue bisa casting seorang lelaki Batak berdada bidang, berkulit gelap, dan bukan Simanjuntak. Amin.
"Pokoknya film gue berikutnya harus tentang Batak. Biar gue bisa casting seorang lelaki Batak berdada bidang, berkulit gelap, dan bukan Simanjuntak"
BalasHapusBukan Gay juga pastinya kan???
"Pokoknya film gue berikutnya harus tentang Batak. Biar gue bisa casting seorang lelaki Batak berdada bidang, berkulit gelap, dan bukan Simanjuntak"
BalasHapusAMIIIIIIINNNNNNNNNNNNNNN..
p.s
hahaha, iya, jgn lupa masukin juga tuh kriteria yg diingetin WinD ;)