Cin(T)a akhirnya selamat jalan-jalan ke lima kota yang berbeda bersama sebuah mobil yang konon seven seaters dan diisi oleh 8 entertainer (sesuai visa). Untungnya Sammaria selalu ditaro di depan (tentunya karena Sammaria paling cantik) sehingga tidak perlu dempet2an di belakang dengan manusia dan film kit.
cin(T)a ditonton orang-orang yang berbeda-beda dari berbagai bangsa, merasakan tanggapan yang berbeda-beda, diajak foto sama berbagai muka (terutama si Cina... laku ih laku), dan mendapatkan pertanyaan yang ‘berbeda-beda”.
“Apa tujuan anda membuat film ini?”
Tujuannya nyari duit. Biar filmnya laku dan gue hidup kaya raya,mati masuk surga.
Gak boleh begitu ternyata. Tujuannya harus yang mulia cenah.
Jika tujuan diartikan sebagai goal yang harus dicapai untuk parameter sukses tidaknya film, tentunya saya tidak punya. Saya tidak ingin merubah siapa pun dan apa pun. Saya tidak punya solusi untuk persoalan apa pun.
Tapi kalau harapan punya dong. Saya berharap film ini akan menjadi sebuah pemicu ngobrol-ngobrol sore tentang hal yang konon tabu dibicarakan, padahal merupakan persoalan mendasar bangsa ini: perbedaan.
Kita enggan membicarakan, saling buruk sangka di belakang, dan membiarkan agama, suku, ras, dan IP dimanfaatkan sebagai propaganda termurah dalam sejarah bunuh-bunuhan manusia.
“Apa visi misi anda membuat film ini?”
Sebenarnya pertanyaan yang sama. Tapi dibungkus lain menyambut maraknya debat SBY, JK, dan Mega menggeser jadwal prime time Manohara.
Saya punya visi yang lebih tepatnya dibilang mimpi. Di mimpi saya, saya sedang bercinta di negara Indonesia yang masyarakatnya sudah terbiasa berbeda dan berdialog. Manusia-manusianya tidak merasa lebih baik dari manusia lain. Saya membayangkan Indonesia yang dewasa tapi tetap menyenangkan, di mana tidak ada masalah yang tidak bisa dibahas sambil bercanda. Dan orang-orang galak yang merasa benar sendiri tidak lagi bersuara paling lantang karena tertutup suara tawa manusia-manusia yang menghargai perbedaan.
Apakah ada hidden agenda dalam film ini?
Ada donggg. Cari jodoh. Kasian emak gue udah stress nyuruh gue kawin hihihi.
Selain itu ada juga agenda membuka sebuah ruang kejujuran bagi masyarakat untuk terbiasa berdialog dan menghargai perbedaan. Tapi ini bukan agenda pribadi. Kayanya udah keduluan ama Soekarno.
Apa pesan yang ingin anda sampaikan melalui film ini?
Oh my God. Masih musang yang sama dengan bulu yang berbeda. Dan sangat berbahaya jika saya jawab ‘tidak ada’ kepada bangsa yang terbiasa dengan film-film berpesan, seakan tak ada film jenis lain.
Meminjam pemikiran Wim Wenders, seorang sutradara besar di Jerman, ada dua alasan seorang auteur membuat film. Yang pertama adalah film yang dibuat karena si auteur punya sebuah pernyataan/ pesan/ massage yang mau dia sampaikan ke penonton. Yang ke dua adalah film yang dibuat karena si auteur punya pertanyaan yang ingin disampaikan ke penonton. Film adalah media si auteur untuk mencari jawaban atas kegelisahan dirinya sambil berharap kegelisahan ini ternyata juga mengusik penonton.
“Kenapa Tuhan nyiptain kita beda-beda kalau Tuhan hanya ingin disembah dengan satu cara?”
Sammaria selalu ditaroh di depan karena udah ga muat kalo ditaroh di belakang...hehehe....*i said so coz aku juga mengalami hal yang sama kok...* hehehe...
BalasHapus-Rei-
Gue suka ide film ini :) *secara gue juga berkali-kali jatuh cinta sama cowok yang beda agama terus* dan gue rasa memang kurang ada keterbukaan untuk dialog soal agama, karena dianggap terlalu tabu dan terlalu sensitif. Gue liat trailer film ini di Facebook, dan gue suka banget!!! Nggak sabar pengen nonton filmnya :)
BalasHapus*anyway, ini Hanny temennya Nena from Pecha Kucha Jakarta, you're my fav speaker during the event*