Meminjam pemikiran seorang teman yang telah 41 tahun bergumul dangan Tuhannya dan masih seksi ajeee, akhirnya doi berkesimpulan agama ternyata gak semuanya mudarat, Bo. Ada juga manfaatnya. Setidaknya ada dua manfaat agama:
Yang satu memberi tempat kepada mereka yang terpinggirkan.
Di gereja doi, ada beberapa teman cacat mental yang sekolah bareng ama doi. Semakin dewasa,teman-teman ini semakin menghilang dari sekolah karena keterbatasan kemampuan mereka. Sementara di gereja, mereka masih bisa eksis dan masih nyanyi ajeee.
Setidaknya agama memberi kesempatan yang sama bagi semua orang, tanpa batas kemampuan otak, finansial, sosial, dan lain-lain. Agama memberi tempat buat mereka yang letih lesu dan berbeban berat.
Yang ke dua: agama sebenarnya lebih bermanfaat buat anak-anak... yang masih harus dicerewetin jauh-jauh dari api biar gak kebakar. Agama juga memberikan kesempatan minta baju baru dan makan-makan seru sekali setahun... pokoknya festive! Suasana yang paling bikin anak-anak senang dan menanti-nanti.
Semakin dewasa,kita gak butuh sekedar festive.Kita butuh cara beragama yang lebih advanced. Kita membutuhkan beragama bukan karena baju baru sekali setahun. Kita membutuhkan agama bukan karena kita takut dihukum. Kita membutuhkan agama bukan karena kita nggak bisa ngatur diri sendiri. Kita mulai belajar beragama gak lagi secara childish. (There is a difference between childish and child-like.)
Bayangkan jika semua orang masih beragama dengan cara yang anak2. Ada yang beda sedikit, marah. Ada yang gak sesuai dengan hatinya, ngamuk. Jika ditanya kenapa nangis, gak bisa menjelaskan... cuma bisa menjerit sambil mecah-mecahin barang. Kita menjadi monster-monster kecil yang bertindak berdasarkan keinginan hati sendiri. Mama, papa, dan kakak-kakak harus turut kebenaran gue.
Dari semua manfaat agama, sayangnya agama jugalah yang menciptakan monster-monster infantil ini.
Infantil. That’s a better word. Bukan childish. Maaf ya, anak-anak.
agama diciptakan oleh manusia, tapi iman berasal dari keyakinan kita kepada Tuhan.Jadi klopun dia beragama tapi tidak beriman, dia tidak lebih dari seekor binatang (maaf agak kasar). Walaupun begitu, sekuat apapun iman manusia tanpa dilandasi oleh agama ya tidak akan berarti. Agama digunakan sebagai pijakan dalam hidup. Pengertiannya agama membentuk prilaku, iman membentuk kepercayaan pada Tuhan. Selayaknyalah agama dan iman itu seimbang
BalasHapushah, kalimat favorit saya dari sammaria: "di Indonesia orang diwajibkan beragama tapi ga diwajibkan buat ber-Tuhan". kewl! ;)
BalasHapus