Minggu, 10 Januari 2016

The Family Of Joy

"Bangunilah suamimu. Kapan lagi kita berdoa?" kata si Emak menjelang tengah malam Tahun Baru.

"Dia kan lagi jaga bayi. Kalau dia ke sini, ya aku ke sana," kata si Sulung.

"Kalau gak bisa ada damai di hati kalian, mau ribut terus, pergilah aku," bentak si Tengah sambil pergi membanting pintu.

Si Sulung mendelik naik pitam, takut bayinya kebangun.

Si Tengah balik lagi, ada yang ketinggalan.

"Jangan banting pintu!!! Bayi-bayi tidur," bisiknya sambil mendesis.

Si Tengah tutup pintu pelan-pelan.

Bapak, Anak, dan dua anak perempuannya pun mulai menyanyi mengikuti fotokopian ibadah Tahun Baru yang tadi dibagi-bagikan di HKBP. Si anak tidak mengerti lagu Bahasa Batak itu, tidak juga tahu nadanya, tapi ikut menyanyi, menyumbang nada-nada raba-raba ke paduan suara yang sudah sumbang diiringi bunyi petasan.

Duar!

Petasan  semakin menggila. Si Sulung semakin resah bayinya terbangun.

Si Bungsu mencoba menenangkan si Sulung. Si Emak nyenggol nyuruh diem, dia lagi baca khotbah fotokopian.

Lalu tibalah saat sesi curhat dan harapan. Si Emak memakai kesempatan ini untuk menderdor si Bapak yang menurut dia selalu baik hati ke semua orang, kecuali ke dia. Dia selalu dibentak.

"Ingatlah aku ini udah tua, walaupun memang kata orang tampangku muda," katanya sambil menyelipkan beberapa pujian diri.

Si Bapak hanya manggut-manggut seperti mendengarkan. Si Emak tahu kuping kirinya pekak, tapi tetap merepet.

Tiba giliran si Bapak. Dia bilang kalau sesuai umur Bapaknya, usia dia hanya dua bulan lagi. Kalau lewat, ya mungkin ikut mamaknya yang sampai sembilan puluhan.

"Janganlah. Nyusahin," kata si Emak.


Si Bungsu tertawa.

Dia bisa tertawa karena baru nonton Joy. Keluarga yang lebih gila saja tetap disayang Jennifer Lawrence.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar