Aku tertahan, tertawan
Demi pembelajaran
Persetan pembelajaran
Cuma pembenaran
Aku tertawa, tertahan
Dan pura-pura senang
Menunggu datangnya malam
Nikmati kebencian
Gue gak bisa berdoa. Tiap berdoa, gue selalu tidur. Karenanya gue menyanyi. Dan semburan di atas adalah salah satu lirik lagu gue di suatu saat dahulu kala ketika gue masih terdaftar jadi anggota barisan sakit hati.
Or so I thought.
I thought I was so over it. Hari-hari di mana dendam dan amarah muncul ke permukaan dan membuat kulit gue tidak seindah mentari. Sampai suatu dialog malam sepi ditemani seorang teman ternyata masih menggelitik kebencian di dasar hati yang kukira sudah bebas luka. Kulit gue yang indah terancam kembali korodok.
Karenanya gue menulis lirik lain yang lebih utopia dengan harapan agar si dendam terusir kembali ke dasar hati. Semoga lirik ini bisa menemani hari-hari gue ke depan yang bebas pahit hati, dan gue tetap tampil cantik apa adanya (tentunya dengan bantuan catokan, epilator, dan eye liner.)
Aku yang dulu mati demi sebuah harga diri
Kini ku bangkit berseri tanpa sisa perih di hati
Ku kan menyanyi, ku kan menari
Ku kan rayakan sebuah damai di hati
Memuji Dia yang bri arti pada hidupku ini
Yang dulu ada, sekarang, sampai slama-lamanya
Ayubkan aku selalu sampai ku rendah hati
Tak ingin lagi menjadi barisan sakit hati
Ku kan terus menari tanpa harap diberkati
Ku kan menari, menyanyi tanpa perih di hati
Karna ku yakin cinta-Mu takkan pernah berakhir
Walau ku jatuh tertatih ku kan terus menari
Menanti saat ku nanti menari dengan-Mu lagi
Beri ku hati mengalir tanpa harap dipuji
Agar ku layak nanti menari dengan-Mu lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar