Rabu, 31 Oktober 2012

Based On Future Events


Glo mengejar mimpi, resign dari kerjaan, dan bikin film. Empat tahun kemudian, belum juga bikin film ke dua.

Itulah karakter Glo di Demi Ucok.

Waktu ditulis di akhir tahun 2009, gue gak ngerasa itu gue. Karena setelah release cin(T)a, gue langsung bikin film lagi lho. Gak kaya si Glo.

Empat tahun kemudian, di Januari 2013 yang indah, film ke dua gue keluar.

Damn.

Am I writing my future?

Satu per satu kejadian yang gue tulis di Demi Ucok mulai terjadi. Tinggal belum diusir dari rumah. Be careful what you write.

Demi Ucok: based on future events.

Selasa, 23 Oktober 2012

The New Big Thing

"Cinema is a losing battle"

Kata seorang sutradara/ dosen film suatu sore setelah lelah mengajar dan melewati kegilaan traffic Serpong-Blok M jam 6 sore.

"Gue lihat murid-murid gue. Mereka gak lagi nonton bioskop.  Sekalinya ke bioskop ya kalau ada Spiderman 3D. Mereka nonton film ya download. Gue masih beli DVD aja diketawain, berasa tua banget."

Begitu juga teman-teman kita. Seharian kerja, pulang macet. Nyampe rumah maunya tidur atau nonton DVD/ cable/ donlod-an/ karaoke/ bobo.

Kalau bukan temen, gak akan bisa dia bela-belain ngelewatin Sudirman jam pulang, bayar 25rebu, dan duduk 2 jam, buat cuma nonton film Indonesia.

"Ah film Indonesia. Mending nonton Taken 2."

Cinema is a losing battle.

Nunggu tanggal tayang bisa setahun. Udah tayang, keuntungan bagi 3 ama Bioskop dan Pajak. Dan herannya, masih ada saja yang pengen bikin film?

Karena sinema lebih bergengsi? Karena pengen punya film yang masuk festival Cannes?

Who cares?

CInema is a losing battle. If you wanna make money, you have to think.

Think!

Peredaran film lewat Internet seperti yang banyak dilakukan di Amerika belum cocok untuk Indonesia. Internetnya lambat, dan orang-orang lebih prefer yang gratisan daripada harus Pay Per View. 

Tapi akhir-akhir ini Internet Indonesia semakin cepat. Murid-muridnya bisa nonton film sepuluh menit di Youtube dengan bebas nunggu. Buat apa datang ke bioskop kalau mereka bisa nonton film di mana saja?

Harus film yang mendatangi mereka.

Mungkin film di internet  ini bukan lagi pendukung the big thing: sinema.

Mungkin webseries ini the new big thing.

Bikin 12 webseries durasi 10 menit sama saja denga bikin film 2 jam.

Tapi gimana dapet duitnya kalau nontonnya gratisan?

That's new wave marketing. Milioner jaman sekarang gak lagi dapat duit dari jualan core product. Gratisin aja core productnya. Dapet duit baru dari sampingan.

Google. Facebook. Angry birds. You name it.

Cut all the crap! CAri langsung sebenernya selama ini filmmaker bisa dapet duit dari siapa.

Dulu filmmaker tradisional dapet duit dari Bioskop dan TV. 

Siapa sumber duit Bioskop? Penonton.

Siapa sumber duit TV? Iklan, baik produk atau layanan masyarakat.

Cut the crap, ayo nyasar langsung ke penonton dan perusahaan. Straight to their hand. Straight to their Ipad Iphone dan peniru-penirunya.

"Daripada lo minta investor lo invest 5M untuk film bioskop yang belum tentu ditonton orang, mending kita minta investor lo ngasih 1 M dan nyobain sistem distribusi yang lebih masa kini."

Webseries. 12 menit x 10 episode.

Gimana dapet duitnya?
Perusahaan : Tiap episode tentunya open to all product placement. Kalau iklan sebelum episode mulai, masih susah.
Penonton : jual merchandize, poster, kosmetik, notes, tas, pakaian, gals, dan produk yang mereka butuh
 
So  what is big now?

Maybe the smaller the bigger.

Published with Blogger-droid v2.0.9